Hewan bisa prediksi bencana alam yang notabenenya sering luput dari pantauan maupun jangkauan panca indera umat manusia di seluruh dunia. Ketika alam semesta mengamuk, ia akan membawa bencana dahsyat melanda penduduk bumi mengingatkan betapa rapuhnya kita terhadap kuasa dari Tuhan.
Peristiwa mengerikan itu biasanya berlangsung selama sepersekian detik maupun beberapa menit saja, tanpa manusia sempat bersiap untuk melarikan diri. Suatu perkotaan yang padat penduduk dan penuh dengan segala aktifitas main di bandarq sehari – harinya juga mendadak ludes tak bersisa akibat sapuan ombak.
Sebagai penyandang gelar makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna, ironisnya sampai sekarang para peneliti termashyur sekalipun kewalahan mengatasi bencana alam. Mereka belum berhasil menemukan alat pendeteksi anomali cuaca berkemampuan akurasi tinggi, sehingga seringkali kecolongan karena sulit melakukan prediksi dengan tepat sama seperti di kejadian pasca gempa palu.
Selain mengandalkan bantuan kemuktahiran ilmu teknologi masa kini, para ahli juga mencari alternatif lain terkait membaca random nya perilaku alam. Saking putus asanya, garda terdepan penanggulangan bencana ini sampai mempertimbangkan mitos dari hasil kepercayaan nenek moyang sejak zaman dulu kala.
Ada sebuah rumor jadul yang berujar bahwasanya terdapat sejumlah hewan dipercaya mampu mendeteksi kedatangan sebuah bencana manakala sedang mendekati pemukiman. Tergelitik dengan kisah legendaris tersebut, para ilmuwan tertarik mempelajari tingkah laku hewan tertentu terkait insting alaminya sehubungan datangnya bencana alam.
Hewan Bisa Prediksi Bencana Alam Sebagai Insting Bertahan Hidup
Mengutip pernyataan National Geographic Channel, sekumpulan sejarahwan menelusuri catatan akan gempa bumi di kota Helike, Yunani pada 373 Sebelum Masehi. Setelah mengorek informasi, mereka menemukan fakta menarik bahwa ular, cerpelai, dan tikus serempak menjauhi lokasi sesaat sebelum gempa bumi terjadi.
Para penduduk Helike tidak mengerti akan peristiwa aneh tersebut, dan memilih untuk menganggapnya sebagai hiburan melihat hewan berhamburan keluar sarang. Oleh sebab itu, terdapat banyak nyawa manusia tewas tak tertolong menjadi korban keganasan mengamuknya alam terhadap seluruh penghuni kota Helike.
Alasan hewan bisa prediksi bencana alam seakurat itu, rupanya merupakan suatu bentuk wujud dari instingnya untuk bertahan hidup selama mungkin. Mereka menerima anugerah spesial dari Yang Maha Kuasa dengan respon instan melarikan diri apabila keselamatannya terancam pemangsa yang memburu mereka.
Hewan memang tidak mempunyai kemampuan untuk bermain judi idn poker online atau melakukan aktifitas lainnya seperti manusia, akan tetapi hewan mempunyai insting yang lebih kuat dibandingkan dengan manusia.
Ajaibnya, entah mengapa beberapa hewan tertentu memiliki struktur saraf rangsangan otak sedikit berbeda daripada jenis hewan lain pada umumnya. Akibatnya, ia akan menganggap perubahan cuaca yang berujung pada kejadian bencana alam merupakan jelmaan predator yang ingin memangsa mereka.
Sebagian negara sudah memulai proses meneliti bagaimanakah caranya insting hewan bekerja manakala sedang berhadapan akan kemunculan suatu bencana alam dahsyat. Hasilnya cukup mengejutkan, di mana para peneliti mengerucutkan pilihan menjadi dua kesimpulan sementara untuk menjawab misteri terbesar abad ini.
Penelitian Mengungkapkan Jawaban Atas Misteri Kepekaan Binatang
Cara hewan bisa prediksi bencana alam berdasarkan teori pertama, yaitu anggapan bahwa binatang tertentu bisa merasakan getaran dari dalam bumi. Melalui sentuhan langsung antara telapak kaki hewan dengan permukaan jalan, ia menangkap sinyal bahwa vibrasi perut bumi meningkat drastis.
Teori berikutnya merupakan sebuah keyakinan bahwasanya salah satu dari panca indera hewan memiliki kepekaan tinggi terhadap komposisi kimiawi di udara. Hewan sebangsa mamalia seperti anjing mencium adanya perubahan kandungan gas tertentu dalam jumlah besar yang biasanya akan muncul menjelang bencana.
Sayang sekali, sampai detik ini peradaban umat manusia belum menemukan bukti sahih tentang prosedur pasti pergerakan hewan pendeteksi bencana tersebut. Sebuah titik terang muncul tatkala sejarah mencatat bahwa binatang penghuni hutan Sri Lanka mengungsi ke dataran tinggi sebelum tsunami Aceh berlangsung.
Manusia biasa dapat menerima gelombang pada frekuensi sekitar 20 Hz hingga 20 ribu KHz, selebihnya akan luput dari pendengaran telinga. Sementara anjing bisa menangkap frekuensi bergelombang jauh lebih rendah daripada manusia mendekati level infra sonik di bawah 20 Hertz.
Pada tingkat infrasonik, kita akan mampu menangkap ciri-ciri gempa bumi yang menciptakan gelombang seismik jauh dari dalam permukaan tanah. Ketika itu terjadi, binatang seperti anjing dan sebangsanya mendadak bertingkah laku resah serta tampak khawatir sepanjang waktu karena ketakutan.